Mendapatkan Pekerjaan Impian

2 tanggapan

Mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sudah pasti harapan semua orang. Bagaimana kita dapat menentukan apakah pekerjaan yang kita jalani atau yang sedang kita cari merupakan pekerjaan yang kita inginkan? Berikut ini adalah penjelasan dari Stephen Covey. Dengan menjawab empat pertanyaan paling tidak kita dapat mengetahui apakah suatu pekerjaan merupakan pekerjaan yang kita inginkan. Empat pertanyaan itu adalah: Apakah saya menyukainya? Apakah saya menguasainya? Apakah dunia memerlukannya? Apakah hati nurani saya mengarahkan saya untuk terjun ke dalam pekerjaan itu? Jika jawaban dari keempat pertanyaan tadi adalah 'ya', maka kita mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Mungkin kita memerlukan waktu dan menggali diri kita lebih dalam untuk dapat menjawab empat pertanyaan tadi.
Bagaimana jika kita belum mendapatkan pekerjaan impian? Perubahan dari Era Industri ke Era Informasi telah mengubah cara pandang bisnis. Dunia bisnis secara intensif berorientasi pada pelanggan/customer. Namun cara pandang ini tampaknya belum banyak berpengaruh pada cara orang mendapatkan pekerjaan.

Pendekatan tradisional dengan mengirim CV, mencari wawancara kerja dan mengisi lamaran adalah ilustrasi pendekatan lama dalam mencari pekerjaan. Pendekatan seperti itu disebut sebagai "shotgun approach", di mana penetrasi kita terhadap pasar kerja sangat luas. Masalahnya adalah perusahaan yang menerima CV kita juga menerima CV dari ribuan pelamar lain. Kebanyakan perusahaan saat ini berada dalam langkah yang cepat untuk berubah dengan iklim persaingan global. Mereka banyak menerapkan perampingan organisasi dan outsourcing.

Kesimpulannya, cara pendekatan dengan mengirim CV dan menunggu tindak lanjut ini jarang menghasilkan yang lebih baik dari pada yang didapat. Karena pendekatan ini menempatkan diri kita sebagai pelanggan bagi perusahaan. Pelanggan mendatangi perusahaan dengan kebutuhan dan masalah yang ingin diselesaikan. Dalam hal ini kebutuhan dan masalahnya adalah pekerjaan. Kita membutuhkan pekerjaan. Pada kenyataannya, perusahaan mempunyai banyak pelanggan sungguhan dan masalah lebih dari yang perusahaan mampu tangani. Kita dapat melihat dengan apa dan siapa kita bersaing jika kita mengambil cara ini. Apa yang harus kita lakukan adalah menjadi bagian dari solusi atas kebutuhan dan masalah yang perusahaan dan pelanggan mereka hadapi, bukan menjadi masalah lain.

Jika kita memposisikan diri menjadi solusi atas kebutuhan dan peluang yang perusahaan hadapi, maka kita mengambil pendekatan kedua yang disebut "riffle approach", di mana kita memiliki fokus dan penetrasi yang mendalam ke pangsa pasar. Kita harus menjadi berharga bagi perusahaan dan kreatif dalam mempelajari perusahaan tempat kita akan bekerja. Dengan pendekatan ini, mau tidak mau kita akan melakukan riset mengenai perusahaan yang akan kita masuki lalu mencari kesesuaian antara tantangan yang dihadapi perusahaan dengan latar belakang, keahlian, pendidikan, pengalaman, dan bakat yang kita miliki di mana hal-hal tersebut harus kita kembangkan terlebih dahulu dalam diri kita. Sumber daya yang kita miliki, wawasan serta pengetahuan yang mendalam akan memberi kesan bagi perusahaan.

Hal penting yang harus dipelajari dalam pendekatan kedua ini adalah mengenai budaya dan norma yang dianut oleh perusahaan. Setiap perusahaan berbeda. Kepedulian akan hal ini akan mempermudah bagaimana kita mendekati perusahaan untuk sebuah wawancara atau bertemu dengan manajer atau eksekutif perusahaan. Sikap proaktif semata tanpa empati dan kepedulian akan membawa kita menuju kegagalan. Dengan memadukan sikap proaktif, empati dan kepedulian, kita akan mendapati kebijaksanaan yang akan membawa hasil yang dahsyat.

Gambar diambil dari flickr
Read On

Pusat Belanja atau Pusat Jualan?

1 tanggapan

Menurut Wikipedia, mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada diantara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mal adalah gedung atau kelompok gedung yang berisi macam-macam toko dengan dihubungkan oleh lorong (jalan penghubung).
Sekilas tidak ada yang berbeda dengan dua definisi di atas. Toh yang dibicarakan sama, yaitu gedung bernama mal. Namun saya ingin memberi sedikit komentar atas dua definisi di atas.

Definisi pertama menyebutkan bahwa mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan. Bagaimana jika kita ubah menjadi mal adalah jenis dari pusat penjualan? Mungkin beberapa orang akan mengkonotasikan pusat penjualan dengan toko grosir atau malah bazaar. Padahal di mal juga banyak terdapat penjual. Yang berbeda adalah sudut pandang yang diambil. Cobalah lihat interior, arsitektur mal, kebersihan, fasilitas yang tersedia. Semuanya dibuat dengan tujuan agar konsumen betah berlama-lama di mal (walaupun tidak berbelanja). Konsumenlah yang menjadi pusat perhatian.

Definisi kedua menyebutkan mal adalah gedung yang berisi toko. Toko identik dengan adanya penjual dan pembeli. Sudut pandang yang diambil tidak hanya dari sisi pembeli namun juga dari sisi penjual.

Kata pembeli berkaitan dengan konsumsi sedangkan kata penjual berkaitan dengan produksi. Keduanya harus seimbang. Tingkat konsumsi yang tinggi tanpa diimbangi kenaikan tingkat produksi akan menempatkan masyarakat sebagai konsumen yang mana akan menurunkan tingkat kreativitas masyarakat. Seseorang akan mempunyai kreativitas yang lebih tinggi manakala ia berperan sebagai produsen. Ia dituntut kreatif untuk dapat bersaing dengan produsen lain sehingga jiwa wirausaha akan tumbuh dalam diri orang tersebut. Saya ingat salah satu pepatah dari teman saya yang mengatakan bahwa semua orang kaya adalah penjual. Entah itu penjual barang, jasa, ataupun ide. Dalam jangka panjang, meningkatnya kreativitas tentu akan berdampak positif pada kemajuan bangsa.


Read On

Tamu yang Singgah

0 tanggapan

Waktu berjalan dan hari terus berganti. Bilangan usia bisa bertambah namun jatah hidup tak mungkin dapat kita ubah. Begitulah adanya hidup ini. Bagi yang bijak memanfaatkan waktu, kemenangan lah yang akan didapat. Namun tak jarang yang merugi karena waktu. Rugi karena tidak memanfaatkan waktu untuk meningkatkan iman, beramal shalih, menabur kebajikan serta saling menasehati dalam perkara kebenaran.

Dalam sebuah nasehatnya kepada Umar bin Abdul Aziz, Hasan Al-Bashri mengibaratkan hari yang kita lalui sebagai seorang tamu yang mampir ke rumah dan akan segera pergi meninggalkan kita. Jika tamu tersebut disambut dan dijamu dengan baik, ia akan menjadi saksi bagi kita sebagai tuan rumah, memuji perbuatan kita, dan akan mencintai kita dengan tulus. Tetapi jika sambutan dan jamuan kita buruk terhadapnya, maka hal itu akan terus terbayang di pelupuk mata.

Umur yang tersisa tidak dapat ditukar dengan harga atau tebusan apa saja. Apabila seluruh dunia dikumpulkan, maka ia tidak akan sebanding dengan umur seseorang yang tersisa. Mari kita koreksi diri kita pada hari ini, perhatikan setiap saat yang berlalu, hargailah ia, dan waspadalah terhadap penyesalan ketika maut datang.
Read On

Buah Berry Hitam dari Mangga Merah

0 tanggapan

Jika mendengar judul di atas, mungkin banyak orang yang tidak akrab dengan kata "Buah Berry Hitam" dan "Mangga Merah". Tapi coba terjemahkan judul di atas dalam bahasa Inggris, maka judul tersebut akan berubah menjadi "Blackberry from Red Mango". Lalu apa hubungannya Blackberry dengan Red Mango?


Blackberry adalah sebuah piranti canggih untuk berkomunikasi yang sedang ngetrend saat ini. Tak perlu lagi dijelaskan panjang lebar. Memang belum semua orang pernah menggunakannya, tapi paling tidak sudah banyak yang mengenalnya walau hanya dari gambar.

Red Mango adalah sebuah gerai yang menjual yogurt. Ingin tahu lebih banyak? Ikuti survey yang diadakan Red Mango dengan hadiah Blackberry Bold dan Javelin. Pemenang akan diumumkan tanggal 28 September 2009. Ikuti survey ini dan semoga Anda beruntung.
Klik di sini untuk mengikuti survey ini.
Read On

Menjaga Kesehatan Pada Saat Stres dengan Makanan

0 tanggapan

Beban pekerjaan yang berlebih dengan tenggat yang singkat, hubungan yang kurang harmonis dengan sesama, kemacetan lalu lintas adalah sedikit contoh dari pemicu stres. Banyak hal lain yang dapat memicu stres dan masing-masing orang mempunyai pemicu stres yang tidak sama. Terkadang seseorang tanpa sadar dapat mengalami stres. Hal ini dapat dikenali dari tanda-tanda ataupun perilaku orang tersebut.

Pada saat mengalami stres, apa yang dimasukkan ke dalam tubuh seperti makanan dan minuman akan berpengaruh pada tingkat energi seseorang. Tubuh memerlukan lebih banyak zat gizi agar tubuh tetap dapat mempertahankan kondisinya. Stres juga dapat mempengaruhi tingkat penyerapan zat gizi dalam tubuh. Salah satu zat gizi yang diperlukan pada saat stres adalah vitamin C. Kekurangan vitamin C pada saat stres menyebabkan tingkat energi tubuh menurun dan mudah merasa lelah. Disamping itu kekebalan tubuh juga akan menjadi lemah. Oleh karena itu konsumsi vitamin dan mineral pada saat stres sangat diperlukan.

Sumber vitamin dan mineral yang baik tentu saja berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa buah kaya akan vitamin C seperti jeruk, apel, dan melon. Sumber dari sayur-sayuran dapat berasal dari tomat, wortel, bayam dan sayuran hijau lainnya.

Makanan-makanan sehat seperti yang telah disebutkan di atas akan membantu menjaga kondisi tubuh selama stres dan dapat meringankan dampak kesehatan yang disebabkan oleh stres.
Read On

Dua Telinga dan Satu Mulut

0 tanggapan

Perjalanan belum dimulai, namun seorang lelaki paruh baya yang duduk di samping saya langsung menyapa saya dengan hangat. Dimulai dengan perkenalan dan saling menanyakan aktivitas masing-masing, kami memulai percakapan. Awalnya percakapan berjalan dua arah, namun nampaknya lelaki paruh baya itu memang senang bercerita. Banyak yang ia ceritakan, mulai dari kegiatannya sehari-hari sampai menuju pembicaraan yang cukup berat mengenai prinsip-prinsip hidup yang ia pegang. Lama-kelamaan alur percakapan menjadi satu arah, yaitu dari lelaki itu ke saya. Saya lebih banyak jadi pendengar dan berusaha menjadi pendengar yang baik dengan memperhatikan dan menanggapi ceritanya walau terkadang terasa membosankan. Untungnya saya ingat perkataan seorang teman saya bahwa dengan mendengar kita akan mendapatkan banyak informasi dengan catatan kita benar-benar mendengarkan, tidak sekadar mengiyakan. Memang tak jarang ceritanya susah untuk dimengerti karena alurnya yang tidak urut sehingga terasa membosankan. Namun lelaki itu terus bercerita dengan antusias. 

Mengapa ia terus bersemangat sedangkan saya sudah seperti kehabisan tenaga untuk mendengarkan? Jawabannya adalah karena manusia cenderung tertarik pada cerita tentang dirinya sendiri. Anda pasti pernah mengalaminya misalnya saat pulang dari liburan, masing-masing akan berebut menceritakan mengenai liburannya dan tak jarang cerita dari temannya tidak ada yang masuk di kepala. Inilah salah satu sifat alami manusia. Apakah hal ini negatif? Tentu saja tidak jika kita menanggapinya dengan cara yang tepat. Bahkan kita dapat menggunakannya sebagai cara agar kita disukai oleh orang lain yaitu dengan cara mendengar yang baik. Tapi hal ini terkadang sulit dan memerlukan latihan. Kita mempunyai dua telinga dan satu mulut, itu artinya kita seharusnya lebih banyak mendengar daripada berbicara. Namun apa dikata, karena mulut terletak di depan, tak jarang kita lebih banyak bicara daripada mendengar.
Read On

Kendaraan dan Tujuan

0 tanggapan

Bayangkan Anda mempunyai mobil yang bagus dan nyaman untuk dikendarai. Mobil tersebut mempunyai perangkat kemudi otomatis. Yang Anda lakukan hanyalah memberitahu ke mana Anda akan pergi dan mobil itu akan mencarikan jalan tersingkat ke tempat tujuan Anda tersebut. Beberapa puluh tahun yang lalu, mungkin hal ini belum terbayang dalam benak sebagian besar orang. Namun pada masa sekarang, hal ini telah menjadi kenyataan. Apa perbedaan dan persamaan mengemudi otomatis dengan manual yang biasa kita lakukan? Perbedaannya adalah  siapa yang membantu Anda mencapai tempat tujuan. Persamaan yang pokok adalah  Anda tetap harus mempunyai tujuan. Inilah intinya. Jika kita mengemudi secara manual dengan tanpa tujuan, mungkin kita masih bisa menjalankan mobil tersebut, namun hanya akan berputar-putar saja. Sedangkan kemudi otomatis tidak akan berjalan tanpa perintah yang jelas dari sang pengendara. Ini adalah logika yang sangat mudah kita mengerti. Lalu bagaimana halnya jika mobil itu adalah seperangkat nikmat yang diberikan Allah kepada kita, entah itu jiwa, raga, ataupun harta? Bagaimana dengan tujuan hidup kita? Sudahkah kita mempunyai tujuan hidup yang jelas, terperinci? sehingga seluruh potensi dapat digunakan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien?
Read On

Tips Mengurangi Pencemaran

0 tanggapan

Meminimalkan pencemaran dari pembersih rumah tangga

1. Gunakan produk alami
Sedapat mungkin, gunakan produk yang alami, bahan bakunya tidak beracun. Hal ini akan mengurangi bahaya terhadap kesehatan tubuh dan lingkungan

2. Gunakan dalam jumlah yang cukup
Saat menggunakan bahan pembersih seperti pemutih dan deterjen, berhematlah. Ini akan mengurangi pencemaran air

3. Hindari kemasan yang berbahaya
Pikirkan dengan hati-hati tentang bagaimana produk pembersih anda dikemas. Kotak kertas pembungkus deterjen dapat dengan mudah di daur ulang, tetapi produk dalam kaleng aerosol atau botol plastik sulit untuk didaur ulang, terlebih jika dibiarkan dibuang begitu saja tanpa diolah.

4. Baca label produk dengan cermat
Jika pada label tertera dapat menimbulkan keracunan, pikir ulang untuk membelinya. Sebagai gantinya, gunakan produk yang tidak berbahaya.
Read On

Belajar Mempunyai Impian

1 tanggapan

Kadang mempunyai impian merupakan hal yang sulit kita lakukan, terutama bagi orang berkepribadian melankolis yang memandang segala hal yang belum terlihat sebagai sesuatu yang negatif dan cenderung pesimistis. Untuk memimpikan hal-hal kecil saja banyak dari kita yang kurang berani memimpikannya, apalagi hal-hal besar yang kelihatannya seperti hal yang mustahil kita wujudkan, hal-hal yang "too good to be true". Atau ada yang mengatakan: "jangan mimpi terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakit". Hal ini mencerminkan kurang beraninya seseorang membayar harga yang harus dibayar untuk mewujudkan impian itu, berupa kerja keras dan resiko. Ada yang mengatakan bahwa semua berawal dari impian, segala sesuatu tidak menjadi kenyataan sebelum kita memimpikannya. Para penemu besar tidak dengan serta merta menghasilkan temuannya begitu saja. Mereka telah memimpikan, membayangkan apa yang mereka ingin ciptakan secara terus menerus, sehingga mereka akhirnya menemukan jalan untuk mewujudkan impian itu. 
Mulailah bermimpi tentang hal-hal kecil yang kita inginkan dan buatlah impian itu menjadi kuat dalam benak anda. Karena bukan masalah besar atau kecil yang membuat kita termotivasi untuk mencapai impian itu, tetapi kuat atau tidaknya impian itu sehingga menggerakkan kita untuk menuju ke arah impian itu.
Read On

Adab Menjawab Salam

3 tanggapan

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Inilah ucapan salam yang merupakan sebuah doa keselamatan bagi orang yang menerima ucapan tersebut. Apa jawaban kita jika diucapkan salam kepada kita? Yang sering kita dengar adalah jawaban "Wa 'alaikum salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh".  Namun ada juga yang menjawab "Wa 'alaikumussalaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh". Apa beda jawaban salam yang pertama dengan yang kedua? Mari kita lihat dengan tinjauan yang sederhana.

Pada ucapan salam "Assalaamu 'alaikum" kita menggunakan kata as salaamu. Pada jawaban salam pertama, kita menggunakan kata salaamun, berbeda dengan jawaban salam kedua yang menggunakan kata as salaamu.

Secara inti arti, kedua kata tadi mempunyai makna yang hampir sama, yakni keselamatan. Perbedaannya, as salaamu bersifat ma'rifat (definitif, sudah ditentukan) sedangkan salaamun bersifat nakirah (indefinitif, tidak ditentukan). Dalam bahasa Inggris kita menemukan hal serupa, yaitu perbedaan antara kata yang diawali dengan the dengan kata yang tidak diawali dengan the.

Mengapa hal ini perlu diketahui? 

Hal ini perlu menjadi perhatian karena ucapan salam merupakan suatu bentuk penghormatan atas orang yang diberi ucapan salam. Adab dalam Islam mengajarkan, jika kita menjawab salam maka jawablah paling tidak dengan yang sama, dan jika bisa lebih, maka itu lebih baik. Inilah adab penghormatan dalam Islam.

Jadi jika diucapkan "Assalaamu'alaikum" kepada kita, maka minimal kita menjawabnya dengan "Wa'alaikumussalaam". Atau bisa juga menjawab dengan "Wa'alaikum assalaam". Syukur bisa ditambahi dengan "wa rahmatullaahi wa barakaatuh".

Wallaahu a'lam, semoga bisa menambah ilmu kita semua. 
Read On

Apakah Anda Kaya?

1 tanggapan

Dalam suatu perjalanan saya pernah ditanya oleh seorang teman. Demikian pertanyaannya, "Menurutmu, kamu merasa kaya tidak?" 

Waktu itu saya terdiam sejenak, lantas saya menjawab. "Kalau menurut saya, kaya itu tidak harus berarti memiliki harta yang banyak. Kalau demikian saya bisa merasa kaya. Karena kaya dapat diartikan  memiliki sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain "

"Oh begitu ya" kata teman saya. Kemudian dia berkata, "Memang, kaya tidak harus mempunyai banyak harta. Banyak ilmu, banyak memberi manfaat pada orang lain, itulah kaya yang sebenarnya."

Perkataan teman tadi sampai sekarang masih saya ingat. Setelah dipikir-pikir lagi, kita merasa kaya kalau kita banyak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Badan yang sehat, keluarga yang bahagia, kesempatan belajar merupakan sedikit dari nikmat yang Dia berikan. Belum lagi udara yang kita hirup, bumi yang terhampar untuk tempat kita beraktivitas, dan masih banyak nikmat lain yang kalau samudera menjadi tinta dan seluruh pohon di muka bumi menjadi pena, tak akan sanggup menulis semua nikmat dan kebesaran-Nya.

Hal lain yang menjadi renungan adalah, dengan memberi maka berarti kita kaya. Karena jika kita memberi, maka berarti kita mempunyai kelebihan dan tidak merasa kekurangan. Ini yang disebut Stephen Covey sebagai 'mental berkelimpahan' (abundance mentality). Kita hanya memberi apa yang kita punya. Jika kita dapat memberi harta berarti kita memiliki harta, memberi ilmu berarti kita memiliki ilmu, memberi kasih sayang berarti kita memiliki kasih sayang dalam diri kita. Tidak mungkin kita memberikan sesuatu yang kita tidak punyai. "Poci yang berisi teh hanya akan mengeluarkan teh", begitu ungkapan yang semakna dengan apa yang saya sampaikan tadi.

Kaya tidak hanya berarti memiliki sesuatu. Lebih jauh lagi, kaya bermakna memberi. Memberi apa yang telah kita miliki. "Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah".

Sekarang jika pertanyaan yang serupa saya tanyakan kepada Anda, apa jawaban Anda? Apa pengertian kaya menurut Anda?
Read On

Cerita dari Pinggir Selokan

6 tanggapan

Ini adalah sebuah pengalaman dari seorang teman yang ia ceritakan kurang lebih dua bulan yang lalu.  Singkat cerita teman saya itu sedang mencucikan motornya di sebuah tempat cuci motor. Jalan di depan tempat cuci motor itu sempit, paling-paling hanya selebar empat meter. Di salah satu sisi jalan terdapat sebuah selokan yang cukup dalam dan lebarnya hampir sama dengan jalan itu. Sambil menunggu motornya dicuci, teman saya memperhatikan ada dua orang lelaki paruh baya yang sedang mengendarai motornya masing-masing bersebelahan. Mereka berdua tampaknya sedang asyik ngobrol. Dari arah belakang dua orang bapak tersebut muncullah sebuah motor besar menyalip kedua bapak itu sehingga praktis memotong jalur dari seberang. Dari arah berlawanan ternyata ada seorang wanita muda melaju dari arah berlawanan dengan motor besar dan kedua bapak tadi. Karena kaget berusaha menghindari motor besar, wanita tadi terjatuh di tepian jalan. Masih untung dia tidak tercebur ke dalam air selokan. Pengendara motor besar tadi entah tahu atau tidak kalau wanita itu terjatuh, tetap saja jalan terus. Melihat wanita itu jatuh, spontan kedua bapak tadi menghentikan kendaraannya dan berusaha menolong wanita tadi. Sambil mendekati untuk menolong, kedua bapak tadi mengumpat pengendara motor besar yang menurut merek ugal-ugalan. Namun apa yang didapat oleh kedua bapak tadi, bukannya ucapan terima kasih dari si wanita tetapi wanita itu balik memarahi kedua bapak yang berusaha menolongnya. Lho, kenapa kedua bapak tadi dimarahi oleh si wanita itu? Rupa-rupanya si wanita memarahi kedua bapak tadi karena melihat mereka berjalan bersebelahan sehingga memakan jalan cukup banyak dan menurut si wanita, kedua bapak tadi juga ikut andil atas jatuhnya dia dari motornya.

Sekarang pertanyaannya adalah, cerita di atas termasuk cerita lucu, sedih atau cerita apa? Jawabannya bermacam-macam.

1. Cerita tadi adalah cerita sedih dan mendebarkan, jika dilihat dari  sisi wanita tadi karena dia yang menjadi korban. 
Hal-hal yang tak terduga memang sering muncul dalam hidup dan tidak dapat dihindari.

2. Cerita tadi merupakan cerita sambil lalu, jika dilihat dari sisi laki-laki pengendara motor besar. Ia seakan-akan tidak mengetahui bahwa ada seorang perempuan terjatuh karenanya. 
Kadang kita tanpa sadar berbuat salah terhadap orang lain.

3. Cerita tadi adalah cerita memalukan, jika dilihat dari sisi kedua bapak. Berniat baik menolong malah dapat marah. 
Terkadang kita terlalu cepat menyalahkan orang lain tanpa melihat terlebih dahulu kesalahan diri sendiri.

4. Cerita tadi merupakan cerita lucu, jika dilihat dari sisi teman saya. Dia hanya menonton dan tertawa dalam hati. Untung teman saya tidak tertawa terbahak-bahak walau pun kejadian tersebut menggelikan. Jika dia tertawa keras, bukan tidak mungkin dia akan dapat marah si wanita dan kedua bapak tadi karena dianggap mengolok-olok.
Kadang kita perlu menertawakan kekonyolan-kekonyolan dalam hidup ini, termasuk menertawakan diri sendiri. Sebuah tragedi yang terjadi saat ini, kelak bisa menjadi sebuah komedi yang dapat kita tertawakan, karena ada rumus: KOMEDI = TRAGEDI + WAKTU atau dengan kalimat yang lebih indah: "hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka"
Read On

Apa Itu Hawa Nafsu?

1 tanggapan

Seringkita menjumpai kata hawa nafsu. Sebenarnya apa itu hawa nafsu? Terlebih dahulu kita mencari tahu pengertian dari al-hawa. Al-hawa adalah kecenderungan tabiat pada apa yang mencocokinya, apa saja yang digandrungi jiwa. Hati condong pada hal itu karena mencocokinya.

Apakah semua hawa nafsu tercela?
Al-hawa ada yang tercela dan ada yang tidak, tergantung dari apakah al-hawa tersebut bertentangan dengan syariat atau tidak. Misalnya seseorang cenderung memakai baju dengan warna atau corak tertentu. Hal itu tidaklah mengapa dan tidak dilarang agama selama tidak bertentangan dengan kaidah yang lebih tinggi atau umum. Al-hawa yang baik adalah yang diperbolehkan dalam syariat. Jika al-hawa disandingkan dengan an-nafs atau nafsu (jiwa atau diri), maka hal tersebut dapat menjadikan al-hawa tadi bertentangan dengan syariat karena jiwa manusia cenderung mengajak kepada yang jelek. Makanya dalam doa (khutbatul hajjah), kita memohon perlindungan Allah dari kejelekan diri sendiri.

Apa beda al-hawa dengan asy-syahwah (syahwat)?
Al-hawa berkenaan dengan keyakinan-keyakinan dan pemikiran-pemikiran. Sebagai contoh, seseorang condong pada pemahaman tertentu, seperti Khawarij, Mu'tazilah, Qadianiyah (Ahmadiyah) dan lain-lain.
As-Syahwah berkenaan dengan sesuatu yang dirasa lezat oleh manusia, contohnya antara lain berzina, keinginan makan, minum dan lain-lain. Tidak semua syahwat dilarang. Sebagai contoh, kita diperbolehkan makan dan minum, tetapi tetap harus mematuhi ketentuan yang lebih tinggi seperti hanya makan dan minum yang halal serta tidak berlebihan.
Wallaahu a'lam. Semoga bermanfaat.
Read On

Bung Hatta tentang Rajin dan Malas

1 tanggapan

Orang Barat sangat mengemoekakan hasil. Hasil ditaroknja dimoeka, laloe ia berichtiar mentjapai hasil jang sebesar-besarnja jang dikehendakinja itoe dengan membanting tenaganja jang ada. ...

Orang Timoer mengemoekakan tenaga. Tenaga ditaroknja dimoeka, dan dengan tenaga jang paling sedikit terpakai hendak ditjapainja hasil jang sebesar-besarnja. Ia sedikit mempergoenakan tenaga, sebab itoe hasil jang moengkin ditjapainja dengan tenaga jang sedikit itoe sedikit poela djoemlahnja.

(Mohammad Hatta, dikutip dari tulisan berjudul “Sosiologi Budaya ‘Malas’ dan ‘Rajin’ di Nusantara” karya Waruno Mahdi)
Read On

Pohon Apel dan Anak Lelaki

0 tanggapan

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya. 

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Read On

Batu, Kerikil, dan Pasir

0 tanggapan

Jika Anda diberi sebuah stoples kaca yang tidak terlalu besar, batu-batu kecil, kerikil, dan pasir, bagaimana Anda dapat memasukkan batu, kerikil dan pasir tersebut agar semuanya dapat dimuat dalam stoples? Tentu saja jawabannya adalah dengan memasukkan batu terlebih dulu. Setelah batu-batu tersebut masuk barulah kerikil-kerikilnya dimasukkan di sela-sela batu. Kemudian baru pasir-pasir itu dimasukkan untuk mengisi sisa celah-celah yang masih kosong. Kalau masih belum cukup juga ruangannya, yang bisa dilakukan adalah dengan mengoyang-goyang stoplesnya agar butiran pasir dapat mengisi lebih banyak ruang kosong yang tersisa. Hal ini terlihat mudah dan sederhana. Bagaimana jika cara mengisinya dibalik, pasir dulu, kerikil, baru batu? Yang terjadi adalah tidak semua barang-barang tersebut dapat masuk ke dalam stoples.
Bagaimana jika stoples itu adalah kapasitas diri kita, entah itu waktu, kemampuan, tenaga, ataupun pikiran? dan batu, kerikil serta pasir adalah hal-hal yang harus kita lakukan dalam hidup? Apakah kita sudah benar dalam mengisi stoplesnya?
Tidak semua hal yang kita kerjakan adalah batu, tidak juga semuanya kerikil, atau pasir. Batu adalah hal-hal penting dalam hidup yang harus dikerjakan dengan penuh perhatian, kerikil adalah hal kecil sedangkan pasir dapat diibaratkan hal-hal kurang penting yang melengkapi hidup.
Dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa kalau kita memprioritaskan hal-hal yang besar atau penting di atas hal-hal yang kurang penting, maka kita akan mendapatkan hal yang besar ditambah hal-hal kecil tersebut. Lain halnya jika kita mendahulukan hal kecil atas hal besar. Yang kita dapatkan hanyalah hal kecil dan mungkin hanya sebagian kecil hal besar.
Inti dari contoh stoples, batu, kerikil, dan pasir di atas adalah mengenai prioritas. Tidak ada manusia dengan kemampuan tak terbatas. Semua mempunyai keterbatasan. Untuk menyikapi keterbatasan, kita memerlukan prioritas. Prioritas diperlukan agar kita tetap dalam langkah yang tepat mencapai tujuan hidup.
Read On

Keutamaan Ilmu dari Harta

0 tanggapan

Ilmu itu lebih baik daripada harta. 
Ilmu akan menjagamu sedangkan engkau harus menjaga hartamu. 
Ilmu itu akan berkembang jika diamalkan sedangkan harta menjadi berkurang jika dibelanjakan. Ilmu menjadikan pemiliknya menjalankan ketaatan selama hidupnya, dan menjadikannya buah bibir setelah kematiannya. Sedangkan hasil karya harta akan hilang dengan kematiannya.
Read On

Tiga Hari Dalam Hidup Manusia

0 tanggapan

Dunia tidak lebih dari tiga hari, yaitu: hari yang telah berlalu yang tidak mungkin kamu harapkan kembali, hari dimana kamu sekarang berada maka selayaknya kamu memanfaatkannya sebaik-baiknya, dan hari yang kamu tidak tahu apakah kamu termasuk yang mengalaminya ataukah tidak. Dan kamu tidak tahu, apakah kamu akan mati sebelumnya.

Hari yang telah lalu, adalah hari yang bijaksana dan memberi pelajaran sedangkan hari ini adalah kawan yang segera mangucapkan selamat tinggal. Hari kemarin, meskipun menyedihkanmu, tetapi ia masih menyisakan pelajaran yang bijaksana di tanganmu. Jika dahulu kamu menyia-nyiakannya, maka sekarang telah datang penggantinya, di mana sekian lama ia tidak berjumpa denganmu dan sekarang ia segera meninggalkanmu.

Sedangkan hari esok, harapannya ada di tanganmu pula, maka ambillah kepastian dengan melakukan amal dan tinggalkan ketertipuan dirimu dengan angan-angan sebelum saat yang ditentukan tiba. Janganlah kamu memasukkan kekhawatiran terhadap hari esok atau setelahnya ke dalam hari ini sehingga menambah kesedihan dan kepayahanmu, di mana kamu ingin agar pada hari ini menghimpun segala yang mencukupimu selama hari-harimu yang lain. Kesibukan semakin banyak, kepayahan semakin bertambah, dan hamba telah menyia-nyiakan amal dengan angan-angan.

Jika harapanmu terhadap hari esok benar-benar keluar dari hati, niscaya pada hari ini kamu melaksanakan amal yang sebaik-baiknya dan mengurangi kesedihanmu. Tetapi, harapanmu pada hari esok ternyata menjadikanmu ceroboh dan mengajakmu untuk semakin menjadi-jadi dalam mengejarnya.

(Wasiat Hasan Al-Bashri kepada Umar bin Abdul Aziz)
Read On
xkczgahr97
Read On