Mendapatkan Pekerjaan Impian

2 tanggapan

Mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sudah pasti harapan semua orang. Bagaimana kita dapat menentukan apakah pekerjaan yang kita jalani atau yang sedang kita cari merupakan pekerjaan yang kita inginkan? Berikut ini adalah penjelasan dari Stephen Covey. Dengan menjawab empat pertanyaan paling tidak kita dapat mengetahui apakah suatu pekerjaan merupakan pekerjaan yang kita inginkan. Empat pertanyaan itu adalah: Apakah saya menyukainya? Apakah saya menguasainya? Apakah dunia memerlukannya? Apakah hati nurani saya mengarahkan saya untuk terjun ke dalam pekerjaan itu? Jika jawaban dari keempat pertanyaan tadi adalah 'ya', maka kita mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Mungkin kita memerlukan waktu dan menggali diri kita lebih dalam untuk dapat menjawab empat pertanyaan tadi.
Bagaimana jika kita belum mendapatkan pekerjaan impian? Perubahan dari Era Industri ke Era Informasi telah mengubah cara pandang bisnis. Dunia bisnis secara intensif berorientasi pada pelanggan/customer. Namun cara pandang ini tampaknya belum banyak berpengaruh pada cara orang mendapatkan pekerjaan.

Pendekatan tradisional dengan mengirim CV, mencari wawancara kerja dan mengisi lamaran adalah ilustrasi pendekatan lama dalam mencari pekerjaan. Pendekatan seperti itu disebut sebagai "shotgun approach", di mana penetrasi kita terhadap pasar kerja sangat luas. Masalahnya adalah perusahaan yang menerima CV kita juga menerima CV dari ribuan pelamar lain. Kebanyakan perusahaan saat ini berada dalam langkah yang cepat untuk berubah dengan iklim persaingan global. Mereka banyak menerapkan perampingan organisasi dan outsourcing.

Kesimpulannya, cara pendekatan dengan mengirim CV dan menunggu tindak lanjut ini jarang menghasilkan yang lebih baik dari pada yang didapat. Karena pendekatan ini menempatkan diri kita sebagai pelanggan bagi perusahaan. Pelanggan mendatangi perusahaan dengan kebutuhan dan masalah yang ingin diselesaikan. Dalam hal ini kebutuhan dan masalahnya adalah pekerjaan. Kita membutuhkan pekerjaan. Pada kenyataannya, perusahaan mempunyai banyak pelanggan sungguhan dan masalah lebih dari yang perusahaan mampu tangani. Kita dapat melihat dengan apa dan siapa kita bersaing jika kita mengambil cara ini. Apa yang harus kita lakukan adalah menjadi bagian dari solusi atas kebutuhan dan masalah yang perusahaan dan pelanggan mereka hadapi, bukan menjadi masalah lain.

Jika kita memposisikan diri menjadi solusi atas kebutuhan dan peluang yang perusahaan hadapi, maka kita mengambil pendekatan kedua yang disebut "riffle approach", di mana kita memiliki fokus dan penetrasi yang mendalam ke pangsa pasar. Kita harus menjadi berharga bagi perusahaan dan kreatif dalam mempelajari perusahaan tempat kita akan bekerja. Dengan pendekatan ini, mau tidak mau kita akan melakukan riset mengenai perusahaan yang akan kita masuki lalu mencari kesesuaian antara tantangan yang dihadapi perusahaan dengan latar belakang, keahlian, pendidikan, pengalaman, dan bakat yang kita miliki di mana hal-hal tersebut harus kita kembangkan terlebih dahulu dalam diri kita. Sumber daya yang kita miliki, wawasan serta pengetahuan yang mendalam akan memberi kesan bagi perusahaan.

Hal penting yang harus dipelajari dalam pendekatan kedua ini adalah mengenai budaya dan norma yang dianut oleh perusahaan. Setiap perusahaan berbeda. Kepedulian akan hal ini akan mempermudah bagaimana kita mendekati perusahaan untuk sebuah wawancara atau bertemu dengan manajer atau eksekutif perusahaan. Sikap proaktif semata tanpa empati dan kepedulian akan membawa kita menuju kegagalan. Dengan memadukan sikap proaktif, empati dan kepedulian, kita akan mendapati kebijaksanaan yang akan membawa hasil yang dahsyat.

Gambar diambil dari flickr
Read On

Pusat Belanja atau Pusat Jualan?

1 tanggapan

Menurut Wikipedia, mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada diantara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mal adalah gedung atau kelompok gedung yang berisi macam-macam toko dengan dihubungkan oleh lorong (jalan penghubung).
Sekilas tidak ada yang berbeda dengan dua definisi di atas. Toh yang dibicarakan sama, yaitu gedung bernama mal. Namun saya ingin memberi sedikit komentar atas dua definisi di atas.

Definisi pertama menyebutkan bahwa mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan. Bagaimana jika kita ubah menjadi mal adalah jenis dari pusat penjualan? Mungkin beberapa orang akan mengkonotasikan pusat penjualan dengan toko grosir atau malah bazaar. Padahal di mal juga banyak terdapat penjual. Yang berbeda adalah sudut pandang yang diambil. Cobalah lihat interior, arsitektur mal, kebersihan, fasilitas yang tersedia. Semuanya dibuat dengan tujuan agar konsumen betah berlama-lama di mal (walaupun tidak berbelanja). Konsumenlah yang menjadi pusat perhatian.

Definisi kedua menyebutkan mal adalah gedung yang berisi toko. Toko identik dengan adanya penjual dan pembeli. Sudut pandang yang diambil tidak hanya dari sisi pembeli namun juga dari sisi penjual.

Kata pembeli berkaitan dengan konsumsi sedangkan kata penjual berkaitan dengan produksi. Keduanya harus seimbang. Tingkat konsumsi yang tinggi tanpa diimbangi kenaikan tingkat produksi akan menempatkan masyarakat sebagai konsumen yang mana akan menurunkan tingkat kreativitas masyarakat. Seseorang akan mempunyai kreativitas yang lebih tinggi manakala ia berperan sebagai produsen. Ia dituntut kreatif untuk dapat bersaing dengan produsen lain sehingga jiwa wirausaha akan tumbuh dalam diri orang tersebut. Saya ingat salah satu pepatah dari teman saya yang mengatakan bahwa semua orang kaya adalah penjual. Entah itu penjual barang, jasa, ataupun ide. Dalam jangka panjang, meningkatnya kreativitas tentu akan berdampak positif pada kemajuan bangsa.


Read On

Tamu yang Singgah

0 tanggapan

Waktu berjalan dan hari terus berganti. Bilangan usia bisa bertambah namun jatah hidup tak mungkin dapat kita ubah. Begitulah adanya hidup ini. Bagi yang bijak memanfaatkan waktu, kemenangan lah yang akan didapat. Namun tak jarang yang merugi karena waktu. Rugi karena tidak memanfaatkan waktu untuk meningkatkan iman, beramal shalih, menabur kebajikan serta saling menasehati dalam perkara kebenaran.

Dalam sebuah nasehatnya kepada Umar bin Abdul Aziz, Hasan Al-Bashri mengibaratkan hari yang kita lalui sebagai seorang tamu yang mampir ke rumah dan akan segera pergi meninggalkan kita. Jika tamu tersebut disambut dan dijamu dengan baik, ia akan menjadi saksi bagi kita sebagai tuan rumah, memuji perbuatan kita, dan akan mencintai kita dengan tulus. Tetapi jika sambutan dan jamuan kita buruk terhadapnya, maka hal itu akan terus terbayang di pelupuk mata.

Umur yang tersisa tidak dapat ditukar dengan harga atau tebusan apa saja. Apabila seluruh dunia dikumpulkan, maka ia tidak akan sebanding dengan umur seseorang yang tersisa. Mari kita koreksi diri kita pada hari ini, perhatikan setiap saat yang berlalu, hargailah ia, dan waspadalah terhadap penyesalan ketika maut datang.
Read On

Buah Berry Hitam dari Mangga Merah

0 tanggapan

Jika mendengar judul di atas, mungkin banyak orang yang tidak akrab dengan kata "Buah Berry Hitam" dan "Mangga Merah". Tapi coba terjemahkan judul di atas dalam bahasa Inggris, maka judul tersebut akan berubah menjadi "Blackberry from Red Mango". Lalu apa hubungannya Blackberry dengan Red Mango?


Blackberry adalah sebuah piranti canggih untuk berkomunikasi yang sedang ngetrend saat ini. Tak perlu lagi dijelaskan panjang lebar. Memang belum semua orang pernah menggunakannya, tapi paling tidak sudah banyak yang mengenalnya walau hanya dari gambar.

Red Mango adalah sebuah gerai yang menjual yogurt. Ingin tahu lebih banyak? Ikuti survey yang diadakan Red Mango dengan hadiah Blackberry Bold dan Javelin. Pemenang akan diumumkan tanggal 28 September 2009. Ikuti survey ini dan semoga Anda beruntung.
Klik di sini untuk mengikuti survey ini.
Read On

Menjaga Kesehatan Pada Saat Stres dengan Makanan

0 tanggapan

Beban pekerjaan yang berlebih dengan tenggat yang singkat, hubungan yang kurang harmonis dengan sesama, kemacetan lalu lintas adalah sedikit contoh dari pemicu stres. Banyak hal lain yang dapat memicu stres dan masing-masing orang mempunyai pemicu stres yang tidak sama. Terkadang seseorang tanpa sadar dapat mengalami stres. Hal ini dapat dikenali dari tanda-tanda ataupun perilaku orang tersebut.

Pada saat mengalami stres, apa yang dimasukkan ke dalam tubuh seperti makanan dan minuman akan berpengaruh pada tingkat energi seseorang. Tubuh memerlukan lebih banyak zat gizi agar tubuh tetap dapat mempertahankan kondisinya. Stres juga dapat mempengaruhi tingkat penyerapan zat gizi dalam tubuh. Salah satu zat gizi yang diperlukan pada saat stres adalah vitamin C. Kekurangan vitamin C pada saat stres menyebabkan tingkat energi tubuh menurun dan mudah merasa lelah. Disamping itu kekebalan tubuh juga akan menjadi lemah. Oleh karena itu konsumsi vitamin dan mineral pada saat stres sangat diperlukan.

Sumber vitamin dan mineral yang baik tentu saja berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa buah kaya akan vitamin C seperti jeruk, apel, dan melon. Sumber dari sayur-sayuran dapat berasal dari tomat, wortel, bayam dan sayuran hijau lainnya.

Makanan-makanan sehat seperti yang telah disebutkan di atas akan membantu menjaga kondisi tubuh selama stres dan dapat meringankan dampak kesehatan yang disebabkan oleh stres.
Read On

Dua Telinga dan Satu Mulut

0 tanggapan

Perjalanan belum dimulai, namun seorang lelaki paruh baya yang duduk di samping saya langsung menyapa saya dengan hangat. Dimulai dengan perkenalan dan saling menanyakan aktivitas masing-masing, kami memulai percakapan. Awalnya percakapan berjalan dua arah, namun nampaknya lelaki paruh baya itu memang senang bercerita. Banyak yang ia ceritakan, mulai dari kegiatannya sehari-hari sampai menuju pembicaraan yang cukup berat mengenai prinsip-prinsip hidup yang ia pegang. Lama-kelamaan alur percakapan menjadi satu arah, yaitu dari lelaki itu ke saya. Saya lebih banyak jadi pendengar dan berusaha menjadi pendengar yang baik dengan memperhatikan dan menanggapi ceritanya walau terkadang terasa membosankan. Untungnya saya ingat perkataan seorang teman saya bahwa dengan mendengar kita akan mendapatkan banyak informasi dengan catatan kita benar-benar mendengarkan, tidak sekadar mengiyakan. Memang tak jarang ceritanya susah untuk dimengerti karena alurnya yang tidak urut sehingga terasa membosankan. Namun lelaki itu terus bercerita dengan antusias. 

Mengapa ia terus bersemangat sedangkan saya sudah seperti kehabisan tenaga untuk mendengarkan? Jawabannya adalah karena manusia cenderung tertarik pada cerita tentang dirinya sendiri. Anda pasti pernah mengalaminya misalnya saat pulang dari liburan, masing-masing akan berebut menceritakan mengenai liburannya dan tak jarang cerita dari temannya tidak ada yang masuk di kepala. Inilah salah satu sifat alami manusia. Apakah hal ini negatif? Tentu saja tidak jika kita menanggapinya dengan cara yang tepat. Bahkan kita dapat menggunakannya sebagai cara agar kita disukai oleh orang lain yaitu dengan cara mendengar yang baik. Tapi hal ini terkadang sulit dan memerlukan latihan. Kita mempunyai dua telinga dan satu mulut, itu artinya kita seharusnya lebih banyak mendengar daripada berbicara. Namun apa dikata, karena mulut terletak di depan, tak jarang kita lebih banyak bicara daripada mendengar.
Read On

Kendaraan dan Tujuan

0 tanggapan

Bayangkan Anda mempunyai mobil yang bagus dan nyaman untuk dikendarai. Mobil tersebut mempunyai perangkat kemudi otomatis. Yang Anda lakukan hanyalah memberitahu ke mana Anda akan pergi dan mobil itu akan mencarikan jalan tersingkat ke tempat tujuan Anda tersebut. Beberapa puluh tahun yang lalu, mungkin hal ini belum terbayang dalam benak sebagian besar orang. Namun pada masa sekarang, hal ini telah menjadi kenyataan. Apa perbedaan dan persamaan mengemudi otomatis dengan manual yang biasa kita lakukan? Perbedaannya adalah  siapa yang membantu Anda mencapai tempat tujuan. Persamaan yang pokok adalah  Anda tetap harus mempunyai tujuan. Inilah intinya. Jika kita mengemudi secara manual dengan tanpa tujuan, mungkin kita masih bisa menjalankan mobil tersebut, namun hanya akan berputar-putar saja. Sedangkan kemudi otomatis tidak akan berjalan tanpa perintah yang jelas dari sang pengendara. Ini adalah logika yang sangat mudah kita mengerti. Lalu bagaimana halnya jika mobil itu adalah seperangkat nikmat yang diberikan Allah kepada kita, entah itu jiwa, raga, ataupun harta? Bagaimana dengan tujuan hidup kita? Sudahkah kita mempunyai tujuan hidup yang jelas, terperinci? sehingga seluruh potensi dapat digunakan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien?
Read On