Adab Menjawab Salam

3 tanggapan

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Inilah ucapan salam yang merupakan sebuah doa keselamatan bagi orang yang menerima ucapan tersebut. Apa jawaban kita jika diucapkan salam kepada kita? Yang sering kita dengar adalah jawaban "Wa 'alaikum salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh".  Namun ada juga yang menjawab "Wa 'alaikumussalaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh". Apa beda jawaban salam yang pertama dengan yang kedua? Mari kita lihat dengan tinjauan yang sederhana.

Pada ucapan salam "Assalaamu 'alaikum" kita menggunakan kata as salaamu. Pada jawaban salam pertama, kita menggunakan kata salaamun, berbeda dengan jawaban salam kedua yang menggunakan kata as salaamu.

Secara inti arti, kedua kata tadi mempunyai makna yang hampir sama, yakni keselamatan. Perbedaannya, as salaamu bersifat ma'rifat (definitif, sudah ditentukan) sedangkan salaamun bersifat nakirah (indefinitif, tidak ditentukan). Dalam bahasa Inggris kita menemukan hal serupa, yaitu perbedaan antara kata yang diawali dengan the dengan kata yang tidak diawali dengan the.

Mengapa hal ini perlu diketahui? 

Hal ini perlu menjadi perhatian karena ucapan salam merupakan suatu bentuk penghormatan atas orang yang diberi ucapan salam. Adab dalam Islam mengajarkan, jika kita menjawab salam maka jawablah paling tidak dengan yang sama, dan jika bisa lebih, maka itu lebih baik. Inilah adab penghormatan dalam Islam.

Jadi jika diucapkan "Assalaamu'alaikum" kepada kita, maka minimal kita menjawabnya dengan "Wa'alaikumussalaam". Atau bisa juga menjawab dengan "Wa'alaikum assalaam". Syukur bisa ditambahi dengan "wa rahmatullaahi wa barakaatuh".

Wallaahu a'lam, semoga bisa menambah ilmu kita semua. 
Read On

Apakah Anda Kaya?

1 tanggapan

Dalam suatu perjalanan saya pernah ditanya oleh seorang teman. Demikian pertanyaannya, "Menurutmu, kamu merasa kaya tidak?" 

Waktu itu saya terdiam sejenak, lantas saya menjawab. "Kalau menurut saya, kaya itu tidak harus berarti memiliki harta yang banyak. Kalau demikian saya bisa merasa kaya. Karena kaya dapat diartikan  memiliki sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain "

"Oh begitu ya" kata teman saya. Kemudian dia berkata, "Memang, kaya tidak harus mempunyai banyak harta. Banyak ilmu, banyak memberi manfaat pada orang lain, itulah kaya yang sebenarnya."

Perkataan teman tadi sampai sekarang masih saya ingat. Setelah dipikir-pikir lagi, kita merasa kaya kalau kita banyak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Badan yang sehat, keluarga yang bahagia, kesempatan belajar merupakan sedikit dari nikmat yang Dia berikan. Belum lagi udara yang kita hirup, bumi yang terhampar untuk tempat kita beraktivitas, dan masih banyak nikmat lain yang kalau samudera menjadi tinta dan seluruh pohon di muka bumi menjadi pena, tak akan sanggup menulis semua nikmat dan kebesaran-Nya.

Hal lain yang menjadi renungan adalah, dengan memberi maka berarti kita kaya. Karena jika kita memberi, maka berarti kita mempunyai kelebihan dan tidak merasa kekurangan. Ini yang disebut Stephen Covey sebagai 'mental berkelimpahan' (abundance mentality). Kita hanya memberi apa yang kita punya. Jika kita dapat memberi harta berarti kita memiliki harta, memberi ilmu berarti kita memiliki ilmu, memberi kasih sayang berarti kita memiliki kasih sayang dalam diri kita. Tidak mungkin kita memberikan sesuatu yang kita tidak punyai. "Poci yang berisi teh hanya akan mengeluarkan teh", begitu ungkapan yang semakna dengan apa yang saya sampaikan tadi.

Kaya tidak hanya berarti memiliki sesuatu. Lebih jauh lagi, kaya bermakna memberi. Memberi apa yang telah kita miliki. "Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah".

Sekarang jika pertanyaan yang serupa saya tanyakan kepada Anda, apa jawaban Anda? Apa pengertian kaya menurut Anda?
Read On

Cerita dari Pinggir Selokan

6 tanggapan

Ini adalah sebuah pengalaman dari seorang teman yang ia ceritakan kurang lebih dua bulan yang lalu.  Singkat cerita teman saya itu sedang mencucikan motornya di sebuah tempat cuci motor. Jalan di depan tempat cuci motor itu sempit, paling-paling hanya selebar empat meter. Di salah satu sisi jalan terdapat sebuah selokan yang cukup dalam dan lebarnya hampir sama dengan jalan itu. Sambil menunggu motornya dicuci, teman saya memperhatikan ada dua orang lelaki paruh baya yang sedang mengendarai motornya masing-masing bersebelahan. Mereka berdua tampaknya sedang asyik ngobrol. Dari arah belakang dua orang bapak tersebut muncullah sebuah motor besar menyalip kedua bapak itu sehingga praktis memotong jalur dari seberang. Dari arah berlawanan ternyata ada seorang wanita muda melaju dari arah berlawanan dengan motor besar dan kedua bapak tadi. Karena kaget berusaha menghindari motor besar, wanita tadi terjatuh di tepian jalan. Masih untung dia tidak tercebur ke dalam air selokan. Pengendara motor besar tadi entah tahu atau tidak kalau wanita itu terjatuh, tetap saja jalan terus. Melihat wanita itu jatuh, spontan kedua bapak tadi menghentikan kendaraannya dan berusaha menolong wanita tadi. Sambil mendekati untuk menolong, kedua bapak tadi mengumpat pengendara motor besar yang menurut merek ugal-ugalan. Namun apa yang didapat oleh kedua bapak tadi, bukannya ucapan terima kasih dari si wanita tetapi wanita itu balik memarahi kedua bapak yang berusaha menolongnya. Lho, kenapa kedua bapak tadi dimarahi oleh si wanita itu? Rupa-rupanya si wanita memarahi kedua bapak tadi karena melihat mereka berjalan bersebelahan sehingga memakan jalan cukup banyak dan menurut si wanita, kedua bapak tadi juga ikut andil atas jatuhnya dia dari motornya.

Sekarang pertanyaannya adalah, cerita di atas termasuk cerita lucu, sedih atau cerita apa? Jawabannya bermacam-macam.

1. Cerita tadi adalah cerita sedih dan mendebarkan, jika dilihat dari  sisi wanita tadi karena dia yang menjadi korban. 
Hal-hal yang tak terduga memang sering muncul dalam hidup dan tidak dapat dihindari.

2. Cerita tadi merupakan cerita sambil lalu, jika dilihat dari sisi laki-laki pengendara motor besar. Ia seakan-akan tidak mengetahui bahwa ada seorang perempuan terjatuh karenanya. 
Kadang kita tanpa sadar berbuat salah terhadap orang lain.

3. Cerita tadi adalah cerita memalukan, jika dilihat dari sisi kedua bapak. Berniat baik menolong malah dapat marah. 
Terkadang kita terlalu cepat menyalahkan orang lain tanpa melihat terlebih dahulu kesalahan diri sendiri.

4. Cerita tadi merupakan cerita lucu, jika dilihat dari sisi teman saya. Dia hanya menonton dan tertawa dalam hati. Untung teman saya tidak tertawa terbahak-bahak walau pun kejadian tersebut menggelikan. Jika dia tertawa keras, bukan tidak mungkin dia akan dapat marah si wanita dan kedua bapak tadi karena dianggap mengolok-olok.
Kadang kita perlu menertawakan kekonyolan-kekonyolan dalam hidup ini, termasuk menertawakan diri sendiri. Sebuah tragedi yang terjadi saat ini, kelak bisa menjadi sebuah komedi yang dapat kita tertawakan, karena ada rumus: KOMEDI = TRAGEDI + WAKTU atau dengan kalimat yang lebih indah: "hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka"
Read On

Apa Itu Hawa Nafsu?

1 tanggapan

Seringkita menjumpai kata hawa nafsu. Sebenarnya apa itu hawa nafsu? Terlebih dahulu kita mencari tahu pengertian dari al-hawa. Al-hawa adalah kecenderungan tabiat pada apa yang mencocokinya, apa saja yang digandrungi jiwa. Hati condong pada hal itu karena mencocokinya.

Apakah semua hawa nafsu tercela?
Al-hawa ada yang tercela dan ada yang tidak, tergantung dari apakah al-hawa tersebut bertentangan dengan syariat atau tidak. Misalnya seseorang cenderung memakai baju dengan warna atau corak tertentu. Hal itu tidaklah mengapa dan tidak dilarang agama selama tidak bertentangan dengan kaidah yang lebih tinggi atau umum. Al-hawa yang baik adalah yang diperbolehkan dalam syariat. Jika al-hawa disandingkan dengan an-nafs atau nafsu (jiwa atau diri), maka hal tersebut dapat menjadikan al-hawa tadi bertentangan dengan syariat karena jiwa manusia cenderung mengajak kepada yang jelek. Makanya dalam doa (khutbatul hajjah), kita memohon perlindungan Allah dari kejelekan diri sendiri.

Apa beda al-hawa dengan asy-syahwah (syahwat)?
Al-hawa berkenaan dengan keyakinan-keyakinan dan pemikiran-pemikiran. Sebagai contoh, seseorang condong pada pemahaman tertentu, seperti Khawarij, Mu'tazilah, Qadianiyah (Ahmadiyah) dan lain-lain.
As-Syahwah berkenaan dengan sesuatu yang dirasa lezat oleh manusia, contohnya antara lain berzina, keinginan makan, minum dan lain-lain. Tidak semua syahwat dilarang. Sebagai contoh, kita diperbolehkan makan dan minum, tetapi tetap harus mematuhi ketentuan yang lebih tinggi seperti hanya makan dan minum yang halal serta tidak berlebihan.
Wallaahu a'lam. Semoga bermanfaat.
Read On

Bung Hatta tentang Rajin dan Malas

1 tanggapan

Orang Barat sangat mengemoekakan hasil. Hasil ditaroknja dimoeka, laloe ia berichtiar mentjapai hasil jang sebesar-besarnja jang dikehendakinja itoe dengan membanting tenaganja jang ada. ...

Orang Timoer mengemoekakan tenaga. Tenaga ditaroknja dimoeka, dan dengan tenaga jang paling sedikit terpakai hendak ditjapainja hasil jang sebesar-besarnja. Ia sedikit mempergoenakan tenaga, sebab itoe hasil jang moengkin ditjapainja dengan tenaga jang sedikit itoe sedikit poela djoemlahnja.

(Mohammad Hatta, dikutip dari tulisan berjudul “Sosiologi Budaya ‘Malas’ dan ‘Rajin’ di Nusantara” karya Waruno Mahdi)
Read On

Pohon Apel dan Anak Lelaki

0 tanggapan

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya. 

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Read On

Batu, Kerikil, dan Pasir

0 tanggapan

Jika Anda diberi sebuah stoples kaca yang tidak terlalu besar, batu-batu kecil, kerikil, dan pasir, bagaimana Anda dapat memasukkan batu, kerikil dan pasir tersebut agar semuanya dapat dimuat dalam stoples? Tentu saja jawabannya adalah dengan memasukkan batu terlebih dulu. Setelah batu-batu tersebut masuk barulah kerikil-kerikilnya dimasukkan di sela-sela batu. Kemudian baru pasir-pasir itu dimasukkan untuk mengisi sisa celah-celah yang masih kosong. Kalau masih belum cukup juga ruangannya, yang bisa dilakukan adalah dengan mengoyang-goyang stoplesnya agar butiran pasir dapat mengisi lebih banyak ruang kosong yang tersisa. Hal ini terlihat mudah dan sederhana. Bagaimana jika cara mengisinya dibalik, pasir dulu, kerikil, baru batu? Yang terjadi adalah tidak semua barang-barang tersebut dapat masuk ke dalam stoples.
Bagaimana jika stoples itu adalah kapasitas diri kita, entah itu waktu, kemampuan, tenaga, ataupun pikiran? dan batu, kerikil serta pasir adalah hal-hal yang harus kita lakukan dalam hidup? Apakah kita sudah benar dalam mengisi stoplesnya?
Tidak semua hal yang kita kerjakan adalah batu, tidak juga semuanya kerikil, atau pasir. Batu adalah hal-hal penting dalam hidup yang harus dikerjakan dengan penuh perhatian, kerikil adalah hal kecil sedangkan pasir dapat diibaratkan hal-hal kurang penting yang melengkapi hidup.
Dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa kalau kita memprioritaskan hal-hal yang besar atau penting di atas hal-hal yang kurang penting, maka kita akan mendapatkan hal yang besar ditambah hal-hal kecil tersebut. Lain halnya jika kita mendahulukan hal kecil atas hal besar. Yang kita dapatkan hanyalah hal kecil dan mungkin hanya sebagian kecil hal besar.
Inti dari contoh stoples, batu, kerikil, dan pasir di atas adalah mengenai prioritas. Tidak ada manusia dengan kemampuan tak terbatas. Semua mempunyai keterbatasan. Untuk menyikapi keterbatasan, kita memerlukan prioritas. Prioritas diperlukan agar kita tetap dalam langkah yang tepat mencapai tujuan hidup.
Read On

Keutamaan Ilmu dari Harta

0 tanggapan

Ilmu itu lebih baik daripada harta. 
Ilmu akan menjagamu sedangkan engkau harus menjaga hartamu. 
Ilmu itu akan berkembang jika diamalkan sedangkan harta menjadi berkurang jika dibelanjakan. Ilmu menjadikan pemiliknya menjalankan ketaatan selama hidupnya, dan menjadikannya buah bibir setelah kematiannya. Sedangkan hasil karya harta akan hilang dengan kematiannya.
Read On

Tiga Hari Dalam Hidup Manusia

0 tanggapan

Dunia tidak lebih dari tiga hari, yaitu: hari yang telah berlalu yang tidak mungkin kamu harapkan kembali, hari dimana kamu sekarang berada maka selayaknya kamu memanfaatkannya sebaik-baiknya, dan hari yang kamu tidak tahu apakah kamu termasuk yang mengalaminya ataukah tidak. Dan kamu tidak tahu, apakah kamu akan mati sebelumnya.

Hari yang telah lalu, adalah hari yang bijaksana dan memberi pelajaran sedangkan hari ini adalah kawan yang segera mangucapkan selamat tinggal. Hari kemarin, meskipun menyedihkanmu, tetapi ia masih menyisakan pelajaran yang bijaksana di tanganmu. Jika dahulu kamu menyia-nyiakannya, maka sekarang telah datang penggantinya, di mana sekian lama ia tidak berjumpa denganmu dan sekarang ia segera meninggalkanmu.

Sedangkan hari esok, harapannya ada di tanganmu pula, maka ambillah kepastian dengan melakukan amal dan tinggalkan ketertipuan dirimu dengan angan-angan sebelum saat yang ditentukan tiba. Janganlah kamu memasukkan kekhawatiran terhadap hari esok atau setelahnya ke dalam hari ini sehingga menambah kesedihan dan kepayahanmu, di mana kamu ingin agar pada hari ini menghimpun segala yang mencukupimu selama hari-harimu yang lain. Kesibukan semakin banyak, kepayahan semakin bertambah, dan hamba telah menyia-nyiakan amal dengan angan-angan.

Jika harapanmu terhadap hari esok benar-benar keluar dari hati, niscaya pada hari ini kamu melaksanakan amal yang sebaik-baiknya dan mengurangi kesedihanmu. Tetapi, harapanmu pada hari esok ternyata menjadikanmu ceroboh dan mengajakmu untuk semakin menjadi-jadi dalam mengejarnya.

(Wasiat Hasan Al-Bashri kepada Umar bin Abdul Aziz)
Read On
xkczgahr97
Read On